lanjutan



"hummm...terus kesininya tadi naek apa?"
"yo jalan kaki lah Mas"
"hah..???Jalan kaki..?? Tp itukan jauh bngt Mbak."
"yaaaah...namanya juga jualan Mas, masak naik angkot, nanti ndak laku donk.."
Humm...aq manggut2 sambil merhatiin tangannya yg dng pintarnya mnyelesaikan bungkusan yg terakhir.
"bentar Mbak ya, aq panggil Pak No dulu."
"iya Mas..." jawabnya kemudian.


"oke, jd berapa smua Mbak?"
"semua 12 bungkus ya? Sama yg dipiring td 4000, sama yg dimakan Masnya td 2000, jadi totalnya 24000."
"loh koq yg aq makan di itung juga? Kirain yg itu gratis."
"ya sdh bwt Masnya ndak papa deh.. Tp bsk beli lagi ya.."

"okey," aq lalu ambil 50rbuan dari dompet dan aq kasih lembaran itu ke dia.
"makasih Mas ya..."
"iya sama-sama.." jwb aq menutup perbincangan itu.


☆☆Aq antar pnjual nasi tiwul itu kluar gerbang,
lalu duduk aq di kursi teras.
Kubuka lg bungkusan ketan itu.

Sambil mnikmatinya, aq brgumam, demi sesuap nasi bwt anak2nya perempuan itu rela brjalan kaki skian jauh mnjajakan dagangannya.
Dari satu pintu ke pintu yg lain selalu dia teriakkan kata itu, "tiwul-tiwul....!
ketan-ketan...!"
Ya Alloh...سبحان الله
Begitu beratkah hdp ini bwt dia? Begitu berhargakah sekeping Rupiah itu bwt menyambung hidupnya.
Andaikan aq bisa memberinya lebih dr itu.
Tp sebenarnya bukan itu yg sedang berkecamuk dlm benakku.
Aq cma gak abis pikir, kemana suaminya? Mana tanggung jawab dia sebagai kepala keluarga?
Sungguh ini sangat bertentangan dng prinsip hdpku dlm berumah-tangga.
Bagi aq, seorang istri adalah sosok yg mengurus rumah dan anak2. Dan biarkan aq sbagai suami yg mencari nafkah.

Tp smua emang tergantung pada pribadi masing2 sih.
Tergantung pada kondisi dan dimana dia sedang berpijak.
Bagi manusia yg sedang ada pada roda khidupan di bagian atas, memang gampang aja bicara seperti itu.
Tp bagi mereka yg sedang di bagian bawah, heh heh..(aq sambil mengangkat bahu) wallohu a'lam.
Hanya Tuhan Alloh Swt yg Maha Tau dan yang menentukan.