Untukmu Yang Pintar Menghujat Tanpa Mampu Memberiku Semangat

Hai Sob... apa kabar? Masih inget aku kan? Rio nih si Semut. Seorang blogger yg sebagian orang ngecapnya sebagai 'pria bejat, nggak lebih, yg hanya mau memuaskan hawa nafsunya aja' atau 'sebagai seorang suami yg begitu teganya nelantarin istri yg lagi hamil' atau apalah semau kalian pengin ngecap aku sebagai apa, terserah.! Aku juga udah gak peduli.

Huuff... bingung Sob, sebenernya aku gak tau lagi apa yg mau aku tulis kali ini. Semua inspirasiku hilang entah kemana. Sumber inspirasiku udah mati. Ibarat pagi aku udah gak punya lagi Sang Mentari. Ibarat Kumbang aku tak lagi punya tangkai kembang madusari. Ibarat taman, tiada lagi bunga-bunga kecil yg tengah mekar tumbuh bersemi. Semua udah mati, musnah bersama rasa yg dia bawa pergi berlari.
Jadi buat apa lagi aku disini?

Gemericik air tak kan pernah lagi terdengar. Sungai itu tak kan lagi punya bebatuan.
Kutilang jalangpun tak kan lagi sudi bernyanyi, pepohonan hutan tak punya lagi dedaunan. Pagi datang terasa sunyi, siang menjelang terasa gersang dan malamku gelap tanpa satu bintang yg bersinar.
Jadi untuk apa aku bertahan? Untuk siapa aku berdendang? Semua ini tiada lagi punya arti.

Atau memang ini yg kalian mau.?
Teruus.. terusin aja kalian hujat aku, terusin aja kalian salahkan dia, nganggeb dia perusak rumah tangga. Asal kalian tau ya, dia tuh sahabat yg bisa nerima aku apa adanya, mau dengerin dengan cermat setiap keangkuhan yg aku ungkap. dia gak pernah berniat ngancurin rumah tanggaku, meski aku tau ia mampu. Justru dia yg paling giat ngasih aku semangat. Biar rumah tanggaku ini selamat dan gak sampai hancur jadi debu. Berserakan bersama tepukan puas setan-setan laknat.

Heeff... apa yg mau aku tulis kali ini? Antara Cinta, Mertua dan Orang Tua.?
Kalau boleh aku serakah, pasti aku akan memilih ketiganya, tinggal bersama orang tua, bersanding sang mertua dan bisa memiliki Cinta itu seutuhnya. Tapi yg namanya pilihan. Bagaimanapun juga aku harus mampu memilih salah satunya.
Kalau aku memilih orang tua, tentu aja ada istri yg kian hari kian tersiksa. Kalau aku memilih mertua, sudah pasti orang tua yg akan makin menderita. Dan kalau aku memilih Cinta, apa juga nanti orang berkata? Aku masih punya logika Sob, aku masih punya rasa. Gak mungkinlah aku mengorbankan, melukai banyak hati, hanya untuk memuaskan diri.
Meski buat aku, gak ada kata menyerah dalam kamusku, gak ada kata gak mungkin dalam diriku, semua apa yg aku mau, kalau aku mau, pasti aku akan ngejar itu, sampai ia ku dapatkan, meski ia ada di seberang laut sekalipun.
Tapi sekali lagi, pasti nanti akan ada banyak hati yg luka dan tersakiti.

Sebesar apapun cinta aku sama dia, gak mungkin juga aku dapat miliki dia seutuhnya. Gak mungkin juga aku lalu nekad menyuntingnya, karena aku sadar, aku uda gak berhak lagi atas itu. Kita hidup di dunia ini hanya sekali, mati sekali dan memang sudah seharusnya kita menikah juga sekali.

Jadi jangan pernah anggab kami udah melangkah terlalu jauh. Itu sama sekali gak bener. Memang aku akui, aku cinta banget sama dia, aku sungguh sayang sama dia, tapi belum tentu juga kan dia punya rasa yg sama buat aku?
Ini semua bukan ilusi Sob, aku gak sedang berminpi. Salah besar kalo kalian nganggep ini cuma nafsu. Ini murni kata hati.

Orang bijak pernah berkata,
"Saya tahu kenapa anda tak pernah menemukan jawaban yang memuaskan, sekalipun itu bertanya pada semua orang dan mendapatkan sekian banyak saran.
Karena sebenernya anda sudah tahu jawabannya dan
sudah tahu juga, apa yang jadi keinginan dari hati yang paling dalam sebagai jalan tuk keluar.
Namun bila anda bertindak sesuai dengan kata hati dan apa yang anda inginkan, anda sebenernya takut dan ragu, karena itu akan menyakiti banyak hati dan semua orang akan menilai buruk atas keputusan itu.
Pada intinya, balik lagi, semua karena Cinta. Selagi masih ada cinta, semua hal sulit akan mudah terselesaikan.
Tapi bila cinta yang sudah pergi, masalah sekecil apapun akan menjadi sesuatu yang sulit sekali.
Jangan menganggap kecil dengan cinta yang lain
meski cinta itu datang dari dunia maya sekalipun.
Jangan menganggap bahwa orang mengenal lewat internet tak bisa jatuh cinta secara luar biasa walaupun itu juga belum pernah bertemu.
Orang lain hanya mampu menilai dan menyalahkan, tapi yang tahu keinginan itu adalah diri Anda sendiri."

So.. apakah lalu salah kalo akhirnya aku punya rasa itu? Punya rasa yg aku sendiri juga gak tau dari mana ianya datang dan untuk apa lalu dia meradang. Mengkoyak hati yg sedang gersang. Apakah aku salah kalau aku jadikan itu sebagai semangat buat aku mampu berdiri kembali. Membina rumah tangga ini biar gak hancur berantakan? Apa kalian pernah mencoba gantiin posisi aku? Mencintai seorang istri yg emang sejak awal gak pernah mampu aku cintai? Tak bisakah kalian bayangkan betapa itu sulit sekali? Aku butuh waktu Sob dan aku juga butuh energi. dan asal kalian tau, hanya dari dialah aku bisa dapetin energi itu. Karna dia gak pernah ngambil kesempatan atas cintaku, dia hadir buat membakar semangatku, dia ruh dari setiap jengkal langkahku, dia alur dlm setiap tulisanku. Tanpa dia, aku tak kan mampu lagi bernyanyi, berpuisi. Melampiaskan segala kepenatan hati. Menumpahkan semua sesak dalam diri.

Jadi pliss.. bawa dia kembali, jangan biarkan dia pergi, meninggalkan asaku dlm sendiri.
Atau jangan jangan emang ini yg kalian mau? Aku menutup blog, lalu kemudian terpekur menunggu mati??