Minggu, April 05, 2009

Berdua Kita Menatap Senja

Sepanjang jalan, aku hanya ingin bernyanyi dan terus bernyanyi. Namun jauh di dalam hatiku terdengar suara gedebak-gedebuk bagaikan buah kelapa jatuh ke tanah. Udara cerah dan agak panas. Selewatnya perbatasan kota, mulai bertiup angin yg sejuk. Pohon-pohon bungur dengan kembangnya yg ungu dan merah, begitu menyegarkan tatapanku. Sejauh mata memandang, di angkasa cuma terlihat awan putih berceceran di sana-sini. Langit meliuk lembut bagai penari membungkuk dan menebarkan crinolinenya yg bercorak biru jernih.
Untunglah jalur ke luar kota agak sepi pada Sabtu sore begini. Sebagian kantor udah pada tutup dan orang-orang pergi weekend sedari pagi. Di sepanjang jalan, banyak terlihat orang-orang berkerumun di beberapa penjaja buah di pinggir trotoar. Segera aku menginjak pedal gas ketika di depan gak ada satupun kendaraan yg melintas. Begitu juga dengan kedua kaca spionku, sepi. Kulirik speedometer, delapan puluh km/jam, masih belum ada saingan. Aku tambah jadi sembilan puluh, masih agak sepi, cuma satu truk yg nampak mendekat di kejauhan, dibelakang sana. Aku tambah lagi jadi seratus, hingga tiba di tikungan Arjosari, aku melambat. Baru aku mau tancap lagi, tiba-tiba datang menyerobot sebuah Honda Jazz item mengkilat dengan nopol B. Nampak sekilas olehku gadis cantiq berjilbab biru muda, sedang duduk santai di kursi depan.
"Devi..??" gumamku dalam hati.

Aku susul city sport itu dan kusejajarkan kemudiku dengannya. Ku tengok ke kiri dan nampaklah olehku, sang driver seorang cowok tigapuluhan, sedang bercanda mesra dengan gadis berjilbab di sampingnya.

"hmmmm... ternyata bukan dia."

Aku mundur teratur dan kubiarkan dia unjuk kegesitan melesat indah di depanku. Aku tersenyum dalam sendiri, hehehe... ternyata gadis itu masih suka mengusik jalan fikiranku.

Nah tu dia, belokan itu !!
Seketika kurasakan jantungku berdecak mau pecah karena kangen dan penuh harap. Meski udah berulang kali kesana, masih juga aku berhati-hati saat membelok masuk ke gang sempit itu. Jangan sampai kejadian setahun yg lalu terulang lagi. Bemper belakang Innovanya Mbak Andri nyantol di ujung gapura gang. Di depanku nampak sebuah pick up, berhenti sejenak menungguku lewat. Kulambaikan tanganku pada sang sopir lalu membelok masuk ke halaman rumah.
Masih tetap seperti dulu, sunyi, sepi. Jendela-jendela kaca semua terbuka lebar dengan teralis di dalamnya. Pintu depan tertutup rapat, balkon putih kosong dan genteng beton merah hati masih setia mengayomi rumah teduh itu.

"kemana ya Diajeng pergi? Hari uda hampir gelap gini, kenapa dia gak keluar menyambutku?"

Kuinjek lembut pedal gasku mengantarkan mobil itu dengan tanpa suara. Kuparkir dia di dekat kumpulan bunga anggrek yg menempel di relief dinding batu. Perlahan sekali, dengan menghitung langkah, aku menuju pintu samping. Pada langkah ke duapuluh aku berhenti memencet bel. Dari dalam, aku dengar suara orang hiruk pikuk menuruni tangga kayu.

"pasti itu bukan dia", pikirku sambil tersenyum.

Pintu terbuka lebar, aku mundur selangkah. Seorang wanita paruh baya menatapku dengan binar dimatanya.

"Mas Rio??"
"iya Bik, ini aku, Jeng Ratrinya kemana?"
"ada, lagi duduk di taman belakang."


Pohon bambu kuning di depan sungai kecil itu, cukup lebat sehingga pandanganku sedikit samar menatap apa yg ada di depan sana. Aku berjalan lurus menyusuri hutan buatan itu. Suasana begitu tenang, hanya air gemericik menampar lembut di bebatuan.
Disana, di depan sana, di bawah pohon kihujan, nampak olehku sepotong kain berwarna kuning muda, sedang duduk bersandar pejamkan mata. Kedua kakinya polos, putih bersih tanpa alas, terendam dalam bening air yg mengalir. Kelopak matanya terpejam, tertutup anak rambut yg menyatu di atas kening dan bulu mata yg lentik. Kedua tangannya menangkup di depan dada.
Segera aku melepas sepatu dan berjalan berjingkat mendekatinya.
Lalu dari belakang, ku bekap erat kedua matanya, membuatnya tersentak menjerit kecil. Kaget.

"Mas Rio ah..."
"yup, ini aku Sayank..."
"lama buanget sih nyampainya..?"
"kan aku kerja pulang jam 2 tadi, kenapa emang? Kangen ya..?
Ya udah sini aku temenin kamu menatap sunset itu."

Berdua kami duduk diatas rumput, dibawah pohon kihujan menikmati indahnya sunset di antara gunung-gunung itu. Aku duduk bersandar pohon, sementara Diajeng duduk di depanku dan menyandarkan kepalanya di atas dadaku. Kulingkarkan tanganku mendekap kedua tangannya yg menempel manis di atas perutnya.
Oh indahnya saat-saat berdua, menikmati senja, aku bersamanya.

21 comments:

rco mengatakan...

bakat juga nulis cerpen

Mademoisellerinie mengatakan...

wuaaaa.... so sweeeet.....^^

rampadan mengatakan...

Romantise, cemburu aku..

masichang mengatakan...

hmhmh......romantis narsis..hehe

Anonim mengatakan...

Hmmm... jadi ningat masa muda.. Hallahhhh.. perasaan udah tua nih. Romantis banget ngeliat sunset berdua

free blogger skins mengatakan...

free blogger skins

fanny mengatakan...

ampuun deh, si semut ini romantis bgt ya....

Edhi Heriyaman mengatakan...

ini cerita beneran mas... aduhhh.. co cweeet..

SunDhe mengatakan...

tinggalin jejak jempol dulu^^

J O N K mengatakan...

aheu, aheu, pengalaman pribadi inih ???

mas Rio jadi peran utamanya hehehe... keren :D

riosisemut mengatakan...

@jonk :
Lah... ya emang iya, ini kejadian kmrn sore.

@dhe :
Ketahuan Dhe cuma koment tanpa baca ya??

@edo :
Ya iyalah Do, masak cuma karangan?

@ :
Hehe... jadi malu aku Fan.

@taufik :
Emang Mas Taufik umur berapa skrng?

@mas icank :
Hehehe... makasih Mas udah mampir.

@rampadan :
Jangan jelez Sob.

@rienie :
Ya emang harus gitu Rin.

@rco :
Ini kisah nyata, bukan cerpen, Bro.

sitoradostdaram mengatakan...

Andai saja aku juga mampu merasakan arti cinta lagi. Tuhan,, kapan aku kembali merasakan rasa yang Kau ciptakan itu??

Cebong Ipiet mengatakan...

sunset siseh ngendi? ketok a?

Susy Ella mengatakan...

sorry nih semut...ella ga jealous....

karena saat semut lagi berdua ma diajeng...ella juga lagi berdua ma dominic toretto..kita lagi kebut2an hahahahahhaah

namaku wendy mengatakan...

doh koq cuma berdua aja seh, wen gak diajakin sekalian neh hehehe malu tu si senja dliatin mulu':p

Unknown mengatakan...

Dalam fiqih sunnah karya Ust Sayyid Sabiq jilid 6 dan 7 atau di bab nikah, hukumnya itu : mubah, sunat dan wajib

Kalau lihat cerita di atas saya mengidikasikan bahwa si semut ini sudah masuk kategori sunnat, tapi kalau sudah romantis begitu kayaknya yaa mendekati ke arah wajib gitu....

Ajeng mengatakan...

Mas,kenapa nulis yg sweet-sweet sih? Jadi pengen cepet nikah nih...

Etha mengatakan...

hohohohohoho..ternyata saya blum komeng ya???

pantesan!!!

*pentung*

dwina mengatakan...

iiihhh semut sore ini romantis banget yahhh.. doohhh jadi pengen cepet nikah nie..
tapiiiii apa cowok--cowok itu seromantis kamu Mut...

BTW, baca komennya om sugeng bikin ketiwi.. xixiixixixi

anna fardiana mengatakan...

Mut, romantis banget sih kamuuuu
hihihi...so sweet

btw, ambil awardnya di tempatku yaaaa

riosisemut mengatakan...

@anna :
Itulah aku Mbak, romantis.
Award? Oke deh ntar aku ambil.

@dwina :
Makanya cepetan kamu nyusulin aku.

@etha :
Huhu.. Dasar km emang pelupa.

@ajeng :
Ayo. Aku tunggu undangannya.

@big sugeng :
Ya emang aku udah disunat Om.

@wendy :
Wew... bisa kacau kalo ngajak Wendy.

@ella :
Hahahaha.... jangan lupa pake sabuk pengamannya, La...

@cebong :
Aku nang Malang Bong, we ra moco yo?

@ophi :
Sabar Non... semub uda ada yg atur.

Posting Komentar

[ Kotak Komentar Klasik ]

Blue link↑↑diatas↑↑, bisa kalian gunakan saat kalian kesulitan koment karena sedang ngeblog via ponsel.

Tinggalkan jejakmu disini Sob..
komentar kalian adalah semangat buat Semut untuk menerbitkan entri berikutnya.